28 November, 2010

OBAMA & PERANG TAK BERUJUNG

Oleh: Ach. Syaiful A'la*


Obama. Begitulah nama yang paling sering disebut-sebut akhir-akhir ini. Nama Obama begitu santer terdengar apalagi setelah memenangkan pemilu Presiden Amerika Serikat (AS) pada 20 Februari 2009 lalu. Dari segi namanya, presiden Amerika Serikat pertama berkulit hitam ini sudah mewakili sejumlah Negara di dunia, seperti Arab, Afrika dan Asia. Sehingga ketika dirinya mencalonkan diri sebagai presiden AS, dukungan tidak hanya datang dari warga AS sendiri, tetapi banyak mendapat dukungan dari Negara luar. Termasuk beberapa negara muslim. Karena dapat dilihat, dalam diri Obama terdapat potensi, bisa mendudukan permasalahan, perselisihan konflik antar bangsa, negara, Barat dan Timur, Islam dan Non-Muslim. Sehingga tak heran tak heran jika Obama disebut sebagai “Change”.


Dari segi nama, Presiden Amerika Serikat yang ke-44 ini betul-betul memiliki perpaduan nama yang unik dan mudah didengar. Dikatakan unik karena berbeda dengan yang lainnya. Barack Hussein Obama. Kata pertama, Barack diambil dari Bahasa Arab yang berarti tampan. Dua kata diambil dari bahasa Arab karena ayah kandungnya Senator Illinois ini seorang muslim dari Kenya.


Sedangkan nama terakhir Obama berasal dari bahasa Lou, bahasa yang biasa digunakan orang Luo di Provinsi Nyanza, Barat Daya Kenya. Arti nama Obama menurut bahasa Luo adalah tidak tulus. Namun dalam bahasa Parsi nama Obama dibaca mirip Uw Ba Ma yang berarti dia bersama kita. Bahkan di Jepang ada sebuah kota yang namanya Obama, walaupun saat kecil ketika tinggal di Indonesia, Obama akrap dipanggil Barry.


Dibalik nama Obama, juga ada seorang tokoh yang tak kalah terkenalnya namanya Osama. Tapi mempunyai peran berbeda. Osama hampir sama penyebutannya. Hanya berbeda huruf “B” dan “S” pada huruf kedua dalam penulisan nama. Nama Osama ini juga tidak asing ditelinga masyarakat Internasional karena mendapat tuduhan dari Presiden Amerika sebelum Obama, George W Bush, bahwa Osama sebagai otak teroris di dunia. Osama mempunyai jaringan kuat ke beberapa negara tentang terorisme. Tentunya kemiripan nama ini bukan menjadi keuntungan bagi Obama, pimpinan jaringan Al-Qaedah ini adalah buronan Negara adikuasa yang dimpimpin Obama. Sementara Obama pun (tidak bisa menghindar) harus melanjutkan terhadap warisan pemburuan jaringan teroris, karena merupakan salah satu dari janji kampanye dahulu adalah memberantas terorisme. Terorisme marampas hak kemanusiaan. Terlepas misi itu menuduh salah-satu agama tertentu atau tidak.


Secara kebijakan politik, Obama harus melanjutkan perburuan terhadap teroris yang namanya Osama dalam jaringan Al-Qaedah harus ditundukkan. Maka dengan berbagai cara, Obama juga harus memburu Osama, kalau misi pemberantasan terorisme segara berakhir.


Dua tokoh ini, Obama dan Osama sepertinya tidak pernah ketemu. Obama adalah presiden Amerika Serikat yang jelas memusuhi dan memburu Osama sebagai terdakwah atas serangan WTC 11 September 2001. Sementara Amerika adalah negara yang berpenduduk mayoritas beragama non-muslim. Apapun bentuknya, Obama adalah simbol dari negaranya. Sementara Osama hingga kini masih tetap disimbolkan secara totalitas muslim. Tetapi yang menarik, Obama disini ketika sebagai presiden Amerika Serikat tidak menampilkan bahwa dirinya bagian dari kelompoknya, melainkan dirinya merefleksikan dari semua berbedaan yang ada dimuka bumi.


Buku Obama Memburu Osama; Terjerat Perang Tak Berujung Melawan Teroris berusaha menjelaskan secara objektif tentang sosok Obama yang sesungguhnya. Buku ini menampis semua tuduhan terhadap diri Obama adalah membeci Islam, melakukan ketimpangan dalam kebijakan luar negeri ketika ada perseteruan antara Islam dan Non-Muslim, dan Obama dianggap memihak dan membela Negara Non-Muslim saja. Ketika Obama terpilih sebagai orang nomor satu di Amerika Serikat, ia bukan hanya milik negaranya, tetapi dirinya dan negara adalah pengayum untuk semua sebagai Negara adikuasa. Termasuk membuang jauh statemen bahwa Amerika Serikat memusuhi Islam. Hal itu bisa diliat dari cuplikan pidatunya di Cairo University, Mesir, 4 juni 2009 “…Bahwa salah satu bagian tanggung jawab saya sebagai presiden Amerika Serikat untuk berjuang melawan streotip negatif terhadap Islam dimanapun”. (hlm.200).


Dalam melakukan misinya pemberantasan terorisme, Obama tidak dengan jalan memusuhi Islam sebagaimana tuduhan George W Bush bahwa terorisme datang dari kaum muslim, tanpa mempetakan terlebih dulu Islam corak Islam seperti apa yang melakukan teros. Tetapi Obama membuka lembaran baru, menjalin hubungan baik dengan negara-negara muslim. Sebab kerjasama dengan negara-negara Islam sangat penting untuk menghadapi serangkaian aksi kekerasan yang dilakukan secara ektrim diseluruh dunia. Obama lebih kepada bersama-sama dan duduk bareng mencari solusinya. Karena berperang bukanlah solusi. Itulah beberapa langkah Obama kepemimpinannya menjadi berbeda dengan pemimpin AS sebelumnya. Diplomatis, tanpa pertumpahan darah.


Manarik mengikuti kebijakan Obama beberapa tarakhir ini. Dalam buku ini juga dikupas bagaimana Obama menghadapi perang Afganistan dengan memadukan kebijakan Meliter dan politik yang realistis, termasuk memperbaiki hubungan dengan dunia Islam. Salah-satu bukti bahwa Obama welcome dengan Islam ketika Capital Hill, tempat pelantikan Obama dipersilahkan digunakan untuk kegiatan umat Islam, shalat jumat, pada tanggal 25 September 2009, waktu itu dihadiri oleh 3.500 umat muslim. Hubungan kemanusiaan menjadi misi utama bagi Obama, tanpa harus melirik latar belakang Agama, etnis, kulit, negara, ras, suku dan golongan. Sehingga tidak berlebihan sekiranya sosok Obama disebut sebagai tokoh “Change” abad kekinian. Selamat membaca!


*Mahasiswa Pascasarjana IAIN Sunan Ampel Surabaya


DATA BUKU: (dimuat di Radar Surabaya)

Judul Buku : Obama Memburu Osama; Terjerat Perang Tak Berujung

Melawan Teroris

Penulis : Wasis Wibowo

Penerbit : Grafindo, Jakarta

Cetakan : I, 2009

Tebal : 260 Halaman