Oleh: Ach. Syaiful A'la*
Fenomena baru di Negara-negara non muslim terakhir ini, seperti di negara Amerika Serikat (AS) pasca hancurnya gedung WTC adalah masyarakat disana banyak yang membeli dan membaca Al-Qur’an. Kitab suci ini menjadi kitab terlaris dan banyak dibaca orang di Negara adikuasa tersebut. Maka tidak heran jika Philip K. Hitti mengatakan bahwa Al-Qur'an adalah kitab yang paling banyak dibaca sepanjang sejarah umat manusia.
Al-Qur'an juga merupakan satu-satunya kitab yang terus-menerus dihafal oleh ratusan ribu manusia. Bukan hanya oleh mereka yang mengerti bahasa Arab, namun juga oleh mereka yang sama sekali tidak pernah belajar bahasa Arab. Mereka membaca dengan tekun dan menghafal dengan telaten. Sehingga banyak diantara mereka mengkhatamkan bacaan al-Qur'an beberapa puluh kali dalam hidupnya, dan menyelesaikan hafalan al-Qur'an dari halaman pertama hingga terakhir, tanpa satu huruf pun tertinggal. Tidak ada satu buku atau kitab suci pun yang bisa menandingi atau paling tidak menyamai al-Qur'an dalam hal ini.
Itu baru dalam hal dibaca dan dihafal. Bagaimana halnya dengan usaha menggali kandungan al-Qur'an? Ratusan hingga ribuan buku telah diterbitkan dalam usaha manusia menggali kandungan al-Qur'an. Dari buku yang hanya memuat beberapa halaman hingga buku yang memuat puluhan jilid. Dari buku paling sederhana yang ditujukan untuk orang-orang awam, hingga buku yang jlimet yang hanya bisa dipahami orang-orang yang mempunyai kapasitas keilmuan yang memadahi. Dari buku yang mengajarkan cara membaca al-Qur'an, hingga buku yang membahas makna al-Qur'an kata perkata. Dari buku yang ditulis orang yang sangat shaleh sampai orang yang amat thaleh; dari orang yang ingin menunjukkan kemukjizatan al-Qur'an hingga orang yang mencoba menunjukkan kepalsuan al-Qur'an sebagai wahyu dari Tuhan Semesta Alam. Dan seterusnya.
Dalam tulisan ini, penulis mencoba dari Al-Qur’an yang cukup umum (general) itu, mengambil suatu bahasan tentang Amthal (perumpamaan-perumpamaan) dalam Al-Qur’an kaitannya dengan pendidikan. Apakah ada hubungannya materi (amthal) tersebut atau tidak? Secara tegas tulisan ini berdasar definisi dari amthal pada bahasan sebelumnya ada keterkaitan antara materi amthal dengan pendidikan (khusus konsentrasi kajian media pembelajaran). Artinya studi tentang Amthal dalam studi Al-Qur’an ketika disandingkan dengan pendidikan, penulis menyebutnya dengan sebuah media (alat) dalam pembelajaran.
Sadiman (2006) menyebutkan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi. Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar.
Berdasarkan definisi tersebut, media pembelajaran memiliki manfaat yang besar dalam memudahkan siswa mempelajari materi pelajaran. Media pembelajaran yang digunakan harus dapat menarik perhatian siswa pada kegiatan belajar mengajar dan lebih merangsang kegiatan belajar siswa.
Bruner (1966) mengungkapkan ada tiga tingkatan utama modus belajar, seperti: enactive (pengalaman langsung), iconic (pengalaman piktorial atau gambar), dan symbolic (pengalaman abstrak). Pemerolehan pengetahuan dan keterampilan serta perubahan sikap dan perilaku dapat terjadi karena adanya interaksi antara pengalaman baru dengan pengalaman yang telah dialami sebelumnya melalui proses belajar. Sebagai ilustrasi misalnya, belajar untuk memahami apa dan bagaimana mencangkok.
Dalam tingkatan pengalaman langsung, untuk memperoleh pemahaman pebelajar secara langsung mengerjakan atau membuat cangkokan. Pada tingkatan kedua, iconic, pemahaman tentang mencangkok dipelajari melalui gambar, foto, film atau rekaman video. Selanjutnya pada tingkatan pengalaman abstrak, siswa memahaminya lewat membaca atau mendengar dan mencocokkannya dengan pengalaman melihat orang mencangkok atau dengan pengalamannya sendiri.
Walhasil, bahwa media pembelajaran merupakan medium (alat) penyampai pesan (materi dari seorang pengajar kepada peserta ajar dalam pendidikan) untuk maksud tertentu agar penerima menjadi faham (baca: Alo, 2010). Begitu juga amthal dalam Al-Qur’an, bahasa-bahasa (amthal) itu digunakan oleh Allah SWT sebagai penyampai teks dengan maksud agar supaya gampang difahami makna teksnya oleh pendengar (manusia). Sehingga adanya media (amthal) sangat penting dalam beberapa aspek, baik dalam melakukan komunikasi ditengah-tengah masyarakat juga dalam pembelajaran di dalam dunia pendidikan.
*Mahasiswa Pascasarjana IAIN Sunan Ampel Surabaya
note: dimuat di website NU Online (kolom)