30 Oktober, 2009

Humanisasi Pendidikan Islam

Ach. Syaiful A’la, S.Pd.I*

Di dalam ajaran Islam ada tiga aspek terpenting, yang terkait antara satu sama lain. Baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Secara tersurat maupun yang tersirat. Secara sadar mahupun tidak sadar. Yaitu pendidikan akidah, syariat dan tasawuf atau akhlak. Siapa yang ingin beragama Islam atau siapa saja yang ingin melaksanakan ajaran Islam di dalam kehidupan, wajib mempelajari ketiga aspek atau bagian yang ada di dalam ajaran Islam ini. Wajib dipelajari ilmunya, diyakini, dihayati dan juga diamalkan.


Kalau satu aspek saja kita terima tetapi meninggalkan aspek-aspek yang lain, ia timpang. Katakanlah kita pelajari akidahnya saja serta diyakini dengan meninggalkan aspek-aspek yang lain, seolah-olah Islam itu hanyalah agama ketuhanan. Kalau syariatnya saja yang kita terima dan menolak pula aspek-aspek yang lain, Islam itu sudah seolah-olah seperti ajaran ideologi. Manakala kalau akhlaknya saja diterima dengan meninggalkan kedua aspek diatas, seolah-olah Islam hanya ajaran etika di dalam pergaulan atau etika kerja. Agama Islam tidak dapat diterima atau dipelajari di satu-satu aspek saja, tetapi kesemua aspeknya. Jika ketiga aspek berjalan seimbang, barulah lengkap, sempurna, indah, berguna, dapat dilihat keagungan dan kebesaran Allah, berlaku keharmonisan, keamanan, kedamaian yang memang diidamkan oleh manusia.


Terjadinya berbagai macam persoalan yang sangat kompleks saat dihadapi bangsa ini, serta berbagai krisis yang berkepanjangan baik yang berkaitan dengan persoalan politik, ekonomi, pendidikan dan sosial, sebenarnya kalau mau jujur dan dengan jernih kita melihatnya semuanya adalah persoalan moral. Ketika para pemangku jabatan kita dilihat sudah tidak bermoral (amoral) maka yang akan timbul adalah persoalan disana-sini karena kebijakan yang diambil hanya merupakan kepentingan sesaat dan cenderung kepentingan pribadi alias mementingkan kelompoknya faqot (status quo).


Upaya untuk terlepas dari persoalan ini (amoral) sebenarnya yang harus menjadi garapan utama bagi kita bangsa Indonesia untuk menuju al ummah al badaniyah sebagaimana yang dicita-citakan oleh Nabi Muhammad SAW, salah satu cara yang bisa diambil adalah dengan memberikan pelajaran-pelajaran tentang akhlak (pendidikan moral) yang baik dalam dunia pendidikan.


Kenapa harus pendidikan yang ambil bagian dalam masalah ini? Dalam pendidikan adalah terjadi adanya proses transformasi nilai-nilai dari pendidik kepada peserta didik. Meminjam istilah Paulo Prairie, pendidikan adalah memanusiakan manusia. Artinya, apa yang diimpikan oleh Paulo semakin tinggi pendidikan seseorang, maka semakin tinggi pula tingkat kepedulian sosial seseorang kepada sesama, simpatik, dan merasa satu anggota tubuh yang lain merasakan sakit atau menderita (empatik).


Tetapi saat ini proses pendidikan belum mampu menjawab semua itu. Beberapa tahun terakhir ini, perbincangan pendidikan hanya menyangkut pada anggaran yang kurang memadai 20%. Keadaan itu mengakibatkan gaji guru rendah, sarana dan prasarana pendidikan kurang memadai, lingkungan tidak tertata, sehingga hasil pendidikan kurang memuaskan.


Belum lagi persoalan lainnya, hasil ujian (UN) dikaitkan dengan prestasi pemerintah daerah, sehingga berakibat melahirkan penyimpangan, pendidikan kemudian sebatas mengejar target yang ditetapkan. Maka jujur saja, sedikit sekali perbincangan pendidikan yang lebih menyentuh aspek substantif, yaitu membangun pendidikan hingga mengantarkan anak bangsa ini meraih keunggulan (insan kamil), yaitu unggul dalam ilmu pengetahuan, jiwa dan mentalnya, unggul cita-citanya, unggul watak dan perilakunya, unggul keberaniannya, unggul sifat kepemimpinannya, dan unggul akhlaqnya.


Buku Ilmu Pendidikan Islam; Pengembangan Pendidikan Integratif di Sekolah, Keluarga dan Masyarakat karya Dr. Moh. Roqib ini, berupaya menjawab segala persoalan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia dalam perspektif Islam, disaat kita (bangsa Indonesia) lagi pusing dalam hal pencarian jati diri masing-masing. Didalam buku ini, pembaca pula akan diajak jalan-jalan mengarungi guna melihat kembali bagaimana pendidikan Islam membentuk insan kamil.


Salah satu tujuan pendidikan Islam adalah humanisasi serta menanamkan akhlak (tasawuf) pada peserta didik. Tasawuf adalah ilmu rasa (zauk). Ia adalah perasaan-perasaan yang timbul di dalam hati orang yang beriman atau orang yang bertaqwa, yang bersifat terpuji (mahmudah). Orang yang selalu menuruti kemauan (suara) hati dalam hidupnya, maka akan selamat. Karena suara hati tidak pernah berbohong. Misalnya, ketika seseorang melakukan sesuatu yang amoral, maka pasti terdetik dalam hatinya bahwa hal itu adalah perbuatan munkar (keji) yang dilarang oleh Agama (hal. 31).


Sifat terpuji (akhlaq mahmudah) yang menempel pada diri seseorang akan mencerminkan contoh sikap seperti rasa hamba, rasa merendah diri, rasa malu, rasa kasih, rasa bertimbang rasa, rasa simpati, rasa tawakal, rasa sabar, rasa redha, rasa pemurah, rasa kasihan, rasa pemaaf, rasa meminta maaf dan rasa cinta. Dari rasa-rasa tadi, ia mendorong manusia bertindak atau melahirkan rasa-rasa positif diatas. Maka lahirlah buahnya di dalam kehidupan, yang dapat dilihat oleh mata yaitu akhlaq mulia (akhlaq al-karimah). Dapat dilihat seseorang itu pemurah, merendah diri, tenang, menolong orang, mengasihi orang, memberi maaf, meminta maaf dan hal inilah yang menjadi cita-cita pendidikan Islam.


*) Direktur Komunitas Baca Suarabaya (KOMBAS)


DATA BUKU
Judul Buku : Ilmu Pendidikan Islam; Pengembangan Pendidikan Integratif di Sekolah, Keluarga dan Masyarakat
Penulis : Dr. Moh. Roqib, M.Ag
Penerbit : LKiS, Yogyakarta
Cetakan : I, Juni 2009
Tebal : xvi+256